Sunday, April 30, 2006

kabar dari gunung


tepat pada jumat malam, di salah satu sudut senayan, orang-orang berkumpul, bergerombol, mereka tertawa, ada yang sibuk menyiapkan kopi dan bajigur, ada yang sibuk dengan teman lamanya, ada yang sibuk dengan infotainmentnya. "Macam-macam saja orang-orang ini", pikirku.

aku bergegas mendekati mobil rimba yang telah ada sejak aku datang. kuambil sebungkus kopi sachet, kuseduhdi cangkir, kuminum kopi itu, dan aaahhh..., lumayan enak, setidaknya kopi itu kini telah membuat tubuhku hangat. lalu kukeluarkan sebatang rokok, kuisap, membuatku semakin asyik masyuk melihat orang-orang sibuk itu.

tak lama kemudian, pertunjukan akan dimulai, orang-orang pun bergegas masuk ruang pertunjukkan, pun aku.

diawali dengan lagu "Indonesia Raya", maka pertunjukan pun dimulai, petikan gitar seorang pendiri wanadri itu sungguh-sungguh sangat khas, melantunkan beberapa bait lagu tentang alam, gunung-gunung, pepohonan, rumput-rumput, cinta, balada, nasionalisme. semua mengalir menjadi satu komposisi lirik, lagu, dan nada, menyihir orang-orang di ruang pertunjukan menganga, tersenyum, menangis, terpukau, lalu bertepuk tangan.....

"melati, dari jayagiri... kau beri daku senyum kedamaian....
nyanyian itu pun mengalun, memanjakan orang-orang, perlahan.... lalu, .........

kejtimlas (kejiwaan tim lain sendiri)



anjriit, anjriit, anjriit!!!
bete, ketidakkaruan, ketidakpastian, pengen balik, ga punya duit, ga ada yang bisa dikerjain, terdampar, negeri yang asing, hidup tidak normal, gelisah, berjalan di atas air, ga maju-maju, kopi sialan, rokok sialan, kenapa gue harus bayar mahal kalian???
anjriit, anjriit, anjriit!!!
dasar binatang berkaki emprat!!!
masih adakah setetes embun di sana?